My Other Blog

Friday 27 March 2015

Senyummu Mengalihkan Duniaku


Aku tidak pernah bisa berbuat dengan benar jika tugas dan kesibukan menghampiriku. Yang aku tahu, hanya bagaimana caranya aku bisa menyelesaikan pekerjaanku ini. Tapi pagi menjelang siang itu adalah hari yang cerah. Dimana orang-orang saling bercengkrama dan membicarakan hal yang sama sekali aku tidak ketahui. Bermaksud untuk menemui seseorang karena tugasku, aku berjalan perlahan, selangkah demi selangkah di antara sekerumunan orang-orang.
Pandanganku hanya menuju ke arah langkah kaki dan tumpukkan kertas yang dari tadi memang aku bawa. Aku tidak mengenal orang-orang itu, tapi aku yakin orang-orang tersebut mengenal atau hanya sekedar mengetahui diriku.
Disaat konsentrasiku memikirkan tugasku, aku mendengar suara yang membuat kepalaku berpaling ke arah kanan.
“Hey…” hanya itu yang wanita tersebut ucapkan, sapaan yang nampak mengenalku.
Aku hanya bisa menjawab dengan “Ya..” sambil tersenyum. Tapi tugasku membuatku terus saja berjalan.
Yang mengesankan adalah ketika itu senyuman yang sungguh membuatku melupakan apa yang akan aku lakukan. Sejenak ketika aku memandang senyuman itu, aku lupa siapa diriku, kenapa aku berjalan hari ini, kenapa aku membawa tumpukkan kertas ini, dan kenapa aku harus terburu-buru.
Hari ini adalah hari yang cukup cerah, awan terlihat sedikit tersenyum pada manusia yang ada di bawahnya. Tapi tidak untukku, aku selalu saja merasa lelah dan tidak puas dengan apa yang aku kerjakan selama ini.
Saat ini aku berjalan karena akan bertemu seseorang yang katanya memanggilku. Aku berjalan dengan perasaan agak jengkel karena tugasku yang belum selesai harus ditambah dengan tugas lainnya yang telah menunggu untuk aku kerjakan.
Dengan mengenakan celana pendek bermerek lois lalu memakai kaos black angel warna hijau ku. Aku terus melanjutkan langkahku. Tapi, orang yang aku akan temui tidak ada di tempat dan aku disuruh untuk menunggu beberapa menit.
Aku duduk pada undakan lantai keramik berwarna putih yang telah disapu bersih saat ini. Pandanganku tiba-tiba beralih ke suara tawa beberapa sosok wanita yang menarik perhatianku itu. Disitulah aku melihatmu dengam senyum yang lagi-lagi membuatku lupa akan apa yang sedang aku kerjakan.
Canda tawa mewarnai wajahmu saat ini. Aku tidak mengenalmu tapi kau mengenalku. Siapa kau? Aku harus tau! Aku berjalan di antara orang-orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang sedang mengetik, menulis, ataupun saling berkomunikasi membicarakan hal penting yang tidak mungkin untuk aku ganggu.
Tumpukkan kertas yang selalu aku bawa dan tidak akan pernah lepas dari tanganku ini menemaniku ketika aku melangkahkan kakiku. Wajahku terlihat gugup karena begitu banyak orang-orang yang aku lewati saat itu. Aku berjalan dengan sangat terburu-buru berharap agar bisa lekas pergi dari kerumunan orang-orang ini. Bos ku memang memintaku untuk menyetorkan beberapa berkas ke ruangannya. Tapi suasana yang ramai ini sungguh membuatku tidak bisa berkonsentrasi. Aku memang orang yang kikuk, tapi cekatan, gerogian apalagi kalau diperhatikan banyak orang.
Hal yang membuat perasaanku lega akhirnya tiba, aku melewati sekerumunan orang-orang itu dan sampai di depan ruangan bos ku. Aku masuk dengan perasaan gugup karena takut aku membuat kesalahan. Tapi Alhamdulillah, bos ku berterima kasih dan menyuruhku untuk pergi. Berarti aku tidak melakukan kesalahan apapun.
Saat aku keluar dari ruangan tersebut dan menutup pintu dengan perlahan lalu kemudian aku membalikkan badanku aku terkejut… Bruaakkk… Aku menambrak seorang wanita yang sedang membawa tumpukkan kertas yang seketika itu pula berserakan di lantai. Dia sama sekali tidak memandang apalagi melihat wajahku. Mungkin jengkel pikirnya. Aku merasa bersalah dan bergegas untuk membantu membereskan tumpukkan kertas tersebut.
Tanpa aku sangka dia merapikan rambutnya dan seketika itu aku merasa mengenal atau pernah melihat wajah cantik itu sebelumnya. Setelah selesai akupun memberikan kertas yang aku rapikan kepada wanita tersebut.
“Maaf ya…” kataku dengan suara lirih.
Seakan mengenali suaraku, dia yang tinggi hanya sebahuku itu langsung mengalihkan wajahnya dan menatapku dengan senyuman yang membuat hal ini terjadi untuk ketiga kalinya.
Sesaat aku lupa apa yang terjadi, aku lupa kenapa aku ada di hadapan wanita ini.
Dia pun langsung menerima kertas yang aku berikan kepadanya. Tapi, aku tetap penasaran dengan wanita tersebut. Dia pun membalikkan badannya, tapi aku langsung mencegahnya.
“Ee, tunggu!” Pintaku.
“Kamu yang nyapa aku waktu itu kan?” tanyaku..
“Maaf, kalau boleh aku tau namamu.?” Lanjutku.
Tapi wanita itu sama sekali tidak berpaling ataupun menatapku.
Dengan membelakangiku wanita tersebut berkata “Hm, kamu akan tahu!”.
Wanita tersebut langsung pergi meninggalkanku. Aku hanya bisa menatap rambut hitam lurusnya itu.
“Sial…” kataku dalam hati.
Aku selalu saja seperti ini, entah karena lupa atau apa. Aku benar-benar tidak mengenal wanita tersebut.
Berawal dari…
Kutatap matamu…
Kau jabatkan tanganmu…
Tuk saling berkenalan…
Itulah sepenggal lirik lagu favoritku.
Tapi kali ini aku dan dia tidak saling berjabatan tangan dan berkenalan.
Saat itu, aku sudah menyelesaikan tugasku dengan tuntas. Aku duduk santai di meja kantorku yang sangat berantakan siang itu. Tapi, secangkir teh hangat sejenak menghilangkan rasa lelahku. Aku yang tengah bingung saat itu, berusaha mengingat siapa gadis yang aku tabrak tadi. Tapi pikiranku sudah pol, aku tidak mengingatnya.
“Woy..” tiba-tiba teman sekantorku mengagetkanku tepat dari belakang.
“Ah, loe ini, ngegetin gue aja..” kataku.
“Elo bengong aja pas lagi kerja sih. Sasaran empuk buat gue kagetin.” kata temanku itu sambil tertawa kecil.
“Elo kenapa bengong?” tanya temanku yang sok kepo ini.
“Ah, kaya gak tau aja. Masalah cewek bro!” kataku yang berharap temanku yang satu ini mengenal wanita tersebut.
Tapi temanku yang ini malah menasehati dan ngoceh panjang lebar.
Disaat ocehannya itu, aku lagi-lagi melihat wanita itu, dia nampak anggun berjalan dengan seragam kantor yang menambah kecantikan itu.
Aku tidak lagi mendengarkan ocehan temanku yang sedang mengoceh di sampingku ini.
Pikiranku hanya tertuju pada sosok gadis yang sedang berjalan di antara karyawan-karyawan kantor ini.
“Woy.. Bengong lagi kan loe” Kata temanku dengan sedikit menyenggol wajahku.
“Ha. Gue tau, loe naksir sama cewek itu kan?” Ledek temanku ini.
“Apaan loe ini, gak lah. Udah kerja sana” Aku pun memaksanya untuk pergi dan meninggalku sendiri.
Tidak lama setelah itu aku pun mengenalmu, wanita yang untuk kesekian kalinya membuatku lupa akan dunia ini, dan hanya ada kamu di pikiranku.
Aku tau siapa kamu, namamu dan semua tentangmu.
Tapi, ada satu hal yang membuatku kagum padamu.
Senyummu itu sebenarnya adalah topengmu bukan!
Aku tahu hatimu, perasaanmu dan juga rasa sakit yang engkau hadapi.
Tapi kau tetap menyembunyikan kesedihan hatimu itu dengan senyuman yang indah itu.
Aku tahu dari kicauan-kicauanmu di jejaring sosial yang setiap saat aku bawa.
Aku pun mulai mengagumimu dan berprinsip.
Seperti apapun keadaan hati entah itu sedih ataupun menderita, senyum di wajah akan menutupi hal itu.
Cerpen Karangan: Ardy Nugraha
Blog: ardynamikaze.mywapblog.com

Sumber: disini

About the Author

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Post a Comment


iklan

 

Copyright © Your Knowledge Warehouse. All rights reserved. Template by CB Blogger & Templateism.com